Workshop Inisiasi Pesantren Sehat: Strategi Kesehatan Terpadu di Pesantren

Sabtu, 13 September 2025 | Gedung Radioputro Lt. 4, FK-KMK UGM

Yogyakarta – Tim Pengabdian Masyarakat Kader Santri Sehat menyelenggarakan Workshop Inisiasi Pelaksanaan Pesantren Sehat pada Sabtu, 13 September 2025 di Gedung Radioputro Lt. 4, FK-KMK UGM. Kegiatan ini diikuti oleh 11 perwakilan pondok pesantren dari 5 kabupaten/kota yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Workshop ini merupakan pengembangan dari program KSS yang telah berjalan sejak tahun 2022 di Pondok Pesantren Assalafiyyah II Mlangi, Sleman. Kami mengembangkan konsep Trias Usaha Kesehatan Pondok Pesantren atau Trias UK-Tren, konsep tersebut memberdayakan santri sebagai kader kesehatan (santri husada) untuk mengelola Unit Kesehatan Poskestren yang ada di lingkungan pesantren serta merancang proyek atau program kesehatan sesuai kebutuhan pesantren berdasarkan masalah yang ada. Setelah tiga tahun berjalan dengan fokus pada isu PHBS, skabies, dan kesehatan mental, pada 2025 program ini diperluas dengan target replikasi di berbagai pesantren di DIY dengan upaya awal melalui kegiatan workshop tersebut.

Pembukaan dan Sambutan

Acara dimulai pukul 08.45 WIB dengan pre-test, pembukaan dan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta Hymne Gadjah Mada. Pada sambutannya, Hanggoro selaku ketua panitia menyampaikan sambutan pembuka, dilanjutkan dengan arahan dari perwakilan Kementerian Agama DIY dan Dinas Kesehatan DIY. Dalam sambutan pembuka, Hanggoro menyampaikan bahwa program KSS ini merupakan sebuah inisiasi program pengabdian masyarakat yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan di pondok pesantren dan mendapatkan pendanaan hibah dari FK-KMK UGM sejak tahun 2022. Dalam jangka waktu 3 tahun (2022-2024), tim pengabdian masyarakat membina sebuah pondok pesantren di daerah Mlangi yakni Pondok Pesantren Assalafiyyah II Mlangi melalui sebuah konsep bernama Trias Usaha Kesehatan Pesantren atau Trias UK-Tren. Pada tahun keempat, tim berupaya untuk menyebarluaskan konsep Trias UK-Tren dalam bentuk pelatihan inisiasi pesantren sehat yang dilaksanakan pada hari sabtu, 13 september 2025 di Gedung Radioputro lt.4 FK-KMK UGM dengan mengundang 11 pondok pesantren yang berasal dari 5 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sesi Materi

Pada sesi pertama, terdapat 2 narasumber yakni Bapak Aidi Johansyah, S.Ag., MM selaku Kabid Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam (PAKIS) Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi DIY yang menyampaikan konsep Pesantren Ramah Anak dan PHBS dari perspektif Islam. Selain itu, ada Ibu Siti Nur Hayah Isfandiari, SKM, MPH selaku Kepala Seksi Promosi Kesehatan dan Tata Kelola Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi DIY yang membawakan materi mengenai Regulasi Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan Sehat di Pesantren. Sesi pertama moderatori oleh Ibu Happy Indah Kusumawati, S.Kep., Ns., MNSc selaku Tim Pengabmas KSS UGM.

Sesi kedua menghadirkan Fajrul Falah, MPH selaku perwakilan Tim Pengabdian Masyarakat KSS UGM dan Muhammad Faiq Sirojudin selaku perwakilan Asuransi Kesehatan Santri Assalafiyyah (AKSA) Pondok Pesantren Assalafiyyah II Mlangi yang memaparkan best practices inisiasi pesantren sehat melalui Trias UK-Tren serta perjalanan program KSS di Mlangi. Sesi Kedua dimoderatori oleh dr. Ichwan selaku Tim Pengabmas KSS UGM. Peserta terlihat antusias dalam sesi diskusi, menanyakan langkah-langkah praktis dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di masing-masing pesantren.

  • Materi 1 – Pesantren Ramah Anak dan PHBS dari Perspektif Islam

Bapak Aidi menyampaikan mengenai konsep pesantren ramah anak dan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dalam perspektif Islam. Beliau memaparkan bahwa terdapat tiga ranah sebagai upaya untuk mengimplementasikan pesantren ramah anak yang terintegrasi dengan asrama sebagai berikut. 

    1. Mempromosikan hak-hak anak 
    2. Mencegah kekerasan pada anak 
    3. Mengatasi atau merespon anak yang mengalami penelantaran, kekerasan fisik, psikis, maupun seksual dan eksploitasi anak 

Beliau menyebutkan pula terdapat beberapa cara dalam mengembangkan pesantren ramah anak, yakni

    1. Menerapkan prinsip kurikulum non diskriminatif 
    2. Fasilitatif
    3. Mengintegrasikan nilai-nilai ramah anak pada setiap muatan pelajaran, mata pelajaran, kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler 
    4. Memanfaatkan fasilitas dan lingkungan yang tersedia
    5. Akuntabilitas 
    6. Memanfaatkan konsep dan metode pembelajaran salafiah/tradisional dan modern 
    7. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap materi dan pelaksanaan pembelajaran 
    8. Tidak adanya berbagai macam jenis kekerasan 

Di samping penjelasan mengenai pesantren ramah anak, beliau memaparkan pula tentang pentingnya pengembangan PHBS. Poin-poin yang beliau sampaikan mengenai hal tersebut meliputi makan makanan yang halal dan toyyib, menajaga kebersihan diri dan lingkungan, dan menghindari perbuatan yang dapat membahayakan kesehatan.

  • Materi 2 – Regulasi Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan Sehat di Pesantren

Ibu Ari menyampaikan pentingnya kesehatan sebagai bagian integral kehidupan pesantren. Lingkungan pesantren yang dihuni berbagai kelompok usia dengan kepadatan tinggi berisiko terhadap penyakit menular seperti TBC, skabies, ISPA, hingga zoonosis dan penyakit tular vektor. Untuk itu, dibutuhkan peran Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) yang terintegrasi dengan puskesmas, memiliki kader santri sehat, sarana prasarana memadai, serta program kerja yang berkelanjutan. Selain pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sehat juga menjadi prioritas, meliputi penyediaan air bersih, sanitasi, pengelolaan makanan, hingga edukasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Ibu Ari menambahkan, hasil workshop diharapkan adanya tindak lanjut berupa koordinasi rutin dengan puskesmas, pembekalan dan standarisasi kompetensi KSS, serta budaya sehat di pesantren melalui edukasi, sharing session, hingga reward and punishment.

  • Materi 3 – Konsep Trias UK-Tren

Fajrul menyampaikan paparan mengenai Trias UK-Tren dalam pemenuhan kesehatan di pesantren. Beliau memaparkan mengenai cerita dibalik lahirnya KSS yakni aspek kesehatan yang masih mendapat perhatian yang kurang dari pondok pesantren padahal pemerintah sudah mengatur mengenai adanya Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren) disertai dengan juknisnya. Hal tersebut disertai dengan permasalahan berupa santri yang berpikir bahwa “Nek durung gudigen berarti durung mondok”, sumber daya yang terbatas, dan solusi yang tidak kontinyu. Oleh karena itu konsep Trias UK-Tren lahir sebagai solusi keberlanjutan untuk meningkatkan pola hidup bersih dan sehat dan mengikhtiarkan menjadi pesantren sehat, pemberdayaan santri, dan adanya upaya preventif dan promotif dalam bentuk suatu program yang disesuaikan dengan permasalahan dari pondok pesantren. Lahirnya UK-Tren pertama kali diinisiasi pada PP Assalafiyyah II Mlangi yang dimulai dari tahun 2022 berupa asesmen hingga adanya program pemberdayaan sampai sekarang. Harapannya UK-Tren yang sudah berjalan di PP Assalafiyyah II Mlangi menjadi percontohan bagi pondok pesantren lain.

  • Materi 4 – Best Practice inisiasi Pesantren Sehat di Assalafiyyah II Mlangi

Faiq menyampaikan program kesehatan di Pondok Pesantren Assalafiyyah II Mlangi yang menjadi salah satu best practice inisiasi Pesantren Sehat yang berhasil berjalan konsisten sejak 2019. Pada awalnya melalui pembentukan Asuransi Kesehatan Assalafiyyah (AKSA) dengan iuran bulanan santri, pesantren mampu membiayai pemeriksaan, pengobatan, hingga penyediaan obat di Unit Kesehatan Santri (UKS). Kerja sama dengan puskesmas setempat dan pendampingan dari UGM turut memperkuat program ini, termasuk pembentukan kader santri sehat yang mendapatkan pelatihan rutin 3 – 4 kali per tahun sesuai kebutuhan. Pelatihan tersebut mencakup kesehatan dasar, penanganan skabies, kesehatan mental, hingga praktik pembuatan sabun dan konseling sebaya. Dampaknya terasa signifikan meliputi pengetahuan santri meningkat, pengurus lebih sigap menyelesaikan masalah kesehatan, serta terciptanya rencana menuju klinik mandiri pesantren. Kini, setelah tiga tahun pendampingan, Pesantren Assalafiyyah telah mampu melanjutkan pelatihan kader secara mandiri dengan dukungan AKSA dan kader senior, melibatkan lebih dari 60 santri MTs dan MA sebagai regenerasi kader kesehatan pesantren.

Praktik Kelompok dan Pemetaan Kebutuhan

Setelah istirahat, peserta mengikuti praktik kelompok kecil dengan fasilitator dari Tim Pengabmas KSS yang sebelumnya diberikan materi pengantar mengenai tools yang dapat digunakan pada saat perencanaan kesehatan di pesantren oleh dr. Ichlasul Amalia, MPH. Peserta dilatih untuk melakukan pemetaan sumber daya dan penentuan prioritas masalah kesehatan di pesantren, termasuk simulasi penyusunan rencana aksi berupa proyek atau program kesehatan. Pada sesi berikutnya, setiap peserta dari 11 pesantren mempresentasikan hasil diskusi berupa analisis masalah kesehatan dan rencana proyek atau program kesehatan sebagai upaya penanganan berdasarkan prioritas masalah di lingkungan pondok pesantren masing-masing. Menjelang akhir kegiatan, ada sesi feedback serta komitmen bersama untuk melanjutkan inisiatif Pesantren Sehat secara mandiri, dengan dukungan jejaring kolaborasi yang difasilitasi oleh Tim Pengabmas Kader Santri Sehat atau mitra strategis yang lain.

Harapan dan Tindak Lanjut

Melalui workshop ini, para peserta diharapkan mampu membawa pulang pengetahuan, keterampilan, serta semangat baru untuk membangun Pesantren Sehat di masing-masing wilayah. Program ini tidak hanya menekankan aspek manajemen perencanaan program kesehatan, namun pemberdayaan santri, serta pemanfaatan teknologi digital melalui website www.kadersantrisehat.com sebagai salah satu upaya peningkatan literasi kesehatan di pesantren. Dengan adanya komitmen bersama, inisiatif ini diharapkan dapat berkembang menjadi gerakan kolektif menuju pesantren yang lebih sehat, mandiri, dan berkelanjutan.

Reporter:
Fajrul Falah, Wulan May, Lia Hanifah
Dokumentasi dan Editor:
M. Ismail Al Birru